Pernikahan..........Berkah?


Kehidupan berumah tangga mungkin bagi sebagian orang menjadi impian yang menyenangkan. Namun dalam kenyataannya tidak semua kehidupan rumah tangga memberikan kebahagiaan. Tidak sedikit pasangan yang akhirnya merasa tertekan dan menderita dalam kehidupannya. Suami yang memperlakukan istrinya seperti pembantu, pembantu tanpa gaji kecuali hanya menerima pemberian seadanya untuk uang belanja kebutuhan rumah tangga.

Sudah menjadi tradisi, mungkin, jika pekerjaaan rumah tangga, mencuci, memasak, dan mengurus anak adalah perkerjaan istri. Suami kerja mencari nafkah di luar rumah, dan pulang semua sudah harus tersedia dan rapi. Suami selalu menganggap bahwa pekerjaan di rumah sama sekali tidak melelahkan, punya banyak waktu untuk santai dan tidur. Sementara mereka sendiri di tempat kerjanya, punya banyak waktu untuk ngobrol dengan temen-teman kantornya, main games, atau buka internet sepuasnya. Ketika pulang ke rumah, menemui istrinya yang gaptek dan tidak modis, mulai membandingkan dengan teman kantor wanitanya, tanpa pernah berfikir untuk meningkatkan kualitas istrinya. Bahkan ada seorang laki-laki yang berkata, dia ingin mencari mesin yang bisa mengerjakan segalanya, ya, mesin itu maksudnya adalah istri,bisa dipakai dan disuruh mengerjakan apa saja, karena sebagai suami merasa punya kekuasaan.

Sebagai seorang suami, seharusnya mengerti bahwa pekerjaan mengurus urusan rumah tangga bukanlah kewajiban istri. Tidak ada dalam syariat islam yang mewajibkan istri untuk mengerjakan itu, hanya bersikap patuh dan tunduk kepada suami selama tidak bertentangan dengan perintah Allah. Dan seandainya istri telah dengan rela mengerjakan semua dan bahkan tidak sedikit yang membantu mencari nafkah untuk kebutuhan rumah tangga, tidak bisakah suami bersikap lebih lembaut dan bersedia membantu pekerjaan rumah tangga, namun mengapa tidak sedikit istri yang tetap mendapat perlakuan buruk dari suaminya. Apa yang salah dengan keadaan ini? Apa suami yang tidak mengerti hukum agama. Tidak mengerti, tidak tahu, tapi ketika diberitahu mengapa masih tidak mau menerima dan menganggap hanyalah sesuatu yang tidak penting.

Tidak sedikit istri yang dalam malam-malamnya berisi tangis dalam diam ketika mendapat perlakuan buruk dari suaminya, tanpa berani teriak melawan, tanpa berani berkata tidak dan membantah. pada saat itu mungkin hanya sebuah kata sabar dan percaya dengan kemahaadilan Allah demi sebuah keutuhan perjalanan kehidupan rumah tangga. Semoga Allah selalu meridhoi langkah istri-istri dengan kesabaran ini dan selalu mengampunkan dosa-dosa mereka.