Tidak untuk kata "CERAI"



Tidak sedikit seorang istri yang merasakan perihnya sebuah pernikahan. Tidak sedikit yang merasakan betapa sering terluka hati dan fisiknya karena kejamnya sebuah pernikahan. Jangankan mengharapkan indahnya ungkapan cinta, perhatian dan kasih sayang dari suaminya, mengharapkan untuk dapat dihargai sebagaimana layaknya seorang istripun sepertinya merupakan sesuatu yang sulit.

Janji Kebahagiaan


Aku memang jauh dari sempurna. Bahkan aku penuh dengan kekurangan, Tapi jika karena itu lantas aku tak berhak atas kebahagiaan dengan orang yang sungguh aku sayangi, apakah aku salah jika aku tidak bisa terima. Apa kekuranganku menjadikan aku harus lemah dan menerima mentah-mentah takdir yang menimpaku, atau terus meratapi dengan kepiluan segala duka yang rasanya terus mendera. Salahkah jika kemudian aku lelah, aku ingin lepas dari semua. Aku ingin merasakan kebahagian seperti orang lain.
Dengan janji kebahagiaan yang kuniatkan, dengan tekad kuat untuk mendampingi dengan patuh, bahkan dengan kerelaan melakukan pengorbanan besar untuk memenuhi semua janji itu. Tapi, tanpa pertimbangan sedikitpun, engkau dengan tega menolakku. Mendorongku jatuh tanpa sempat aku berpikir kenapa. Tanpa sempat aku menolak dan bertanya, apa kekuranganku menyebabkanmu melakukan penghinaan ini terhadapku, tanpa basa basi!

Maka atas dasar apa aku harus memelihara rasa sayang itu. Salah mungkin, jika kemudian perlahan kelembutan itu, kebutuhan  itu menjadi benci yang membutakanku.

Jika kasih sayang dan perhatian darimu, jika hatimu bisa kubeli, maka aku akan menabung dan berusaha maksimal untuk membelinya. Aku akan berusaha dengan segala cara untuk bisa menebusnya. Ah...... tapi aku tahu engkau tidak sepicik itu.

Maafkan aku jika ternyata aku masih menyanyangimu hingga sekarang, entah sampai batas waktu yang aku pun tak tahu.............


SEBAB AKU BENCI

Setiap orang pasti ingin menikah dengan seseorang yang disayang. Dengan itu akan ada harapan bahwa akan tumbuh cinta yang sama antara keduanya, sehingga akan saling tumbuh saling pengertian, saling mengasihi dan saling memberi. Memberi. Mungkin sepertinya merupakan hal tampak sepele. Tapi ternyata satu kata itu memberi dampak yang sangat besar pada kelanggengan sebuah pernikahan.


Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang senang dan merasa dihargai, disayangi, dan diperhatikan jika dia menerima pemberian dari seseorang yang dia sayang. Meskipun itu cuma pemberian dalam bentuk perhatian dan pengertian.Dan apa yang terjadi jika pasangan tidak pernah memberikan sesuatu, entah itu berupa materi ataupun perhatian.Apa yang terjadi jika pasangan hanya mampu melakukan tuntutan demi tuntutan.Apakah cinta yang sejak awal mencoba untuk dibangun akan mampu tumbuh, atau justru hancur dan mati sebelum sempat bersemi. Pasti jawabannya adalah yang kedua. Pernikahan yang terjadi hanya akan menjadi sebuah kepalsuan dan kesengsaraan, hampa dan merasa sendiri, tanpa teman dan sahabat dekat (pasangan) yang mampu diajak saling berbagi. Dan hal itulah yang menjadi sebab kebencian.


Entahlah........ kebencian itu hanyalah menimbulkan ketidaktenangan dan kesedihan, apalagi jika tak ada seorangpun yang bisa diajak sekedar bercerita dan mencurahkan perasaan. Mengapakan pernikahan tidak mampu memberikan seorang teman, tidak bisa memberikan ketengangan berada di sampingnya. Apa yang salah dengan semua.....................

Memaafkan


Butuh waktu yang sangat lama ternyata untuk kemudian mengerti bahwa kita telah dimanfaatkan. Entahlah, apa yang ada dipikiran seseorang itu ketika dia mengambil kesempatan untuk memanfaatkan kelemahan kita.Maaf, cukupkah sebuah kata maaf untuk melupakan semua.

"Aku akan berubah, aku berjanji", katanya dengan penuh rasa bersalah.

Dengan tanpa perasaan untuk percaya, kujawab pernyataannya dengan tegas, "Aku nggak akan percaya. Buktikan kalau memang berubah!"

Dia bergerak, menatapku penuh tanya, "Aku nggak menduga jika kau begitu mendendam , sedang aku tidak sedikitpun mengingat semua kekuranganmu. Mengapa semua kejelekanku kau ingat begitu dalam"

"Setelah pernah semua penghasilanku kau ambil, kau beri aku sangat sedikit, bahkan untuk keperluanku sendiri pun hampir tak cukup. Bahkan kau pernah melempar uang dan atmku sendiri ke lantai ketika aku meminta. Kau perlakukan aku bahkan lebih rendah dari seorang pembantu yang sangat bodoh. Apa akan begitu mudah aku melupakan semua? Tidak!". Mataku memerah, aku sadar sebentar lagi mungkin air mataku akan tumpah. Tapi tidak, aku tak akan pernah lagi menangis karena dia. Cukup.

"Jelekkan aku semaumu seolah kau sendiri tidak mempunyai kejelekan. Terus, jangan berhenti". Aku melihat ke arahnya, dan aku tahu dia sudah mulai terpancing kemarahannya.

"Aku memang jelek. Dari dulu seharusnya sudah sadar jika aku memang jelek. Dan sekarang setelah sadar tentang kejelakanku, mengapa tidak segera pergi meninggalkan aku". Aku pasrah, aku memang sangat ingin dia pergi. Semua sudah selesai.

"Aku tak akan pergi. Aku ingin kau bersabar sampai aku bisa membayar semua kesalahanku dan kau bisa memaafkan aku"

"Bersabar? Ketika kita berada dalam sebuah keburukan dan kita yakin tidak akan mampu merubahnya, maka apa gunanya bertahan. Bersabar itu bukan memaksa diri berada dalam keburukan. Itu bukan sabar, tapi menzolimi diri". Aku membela diri atas keangkuhanku.

"Itu adalah pilihan. Terserah.........."

Dia beranjak pergi meninggalkan aku dalam diam. Dan sampai sekarang aku mash belum mampu memaafkan. Masihkah aku harus menunggu bukti penyesalannya........... untuk suatu saat bisa memaafkannya.
 

Popular Posts

Text