Tidak untuk kata "CERAI"



Tidak sedikit seorang istri yang merasakan perihnya sebuah pernikahan. Tidak sedikit yang merasakan betapa sering terluka hati dan fisiknya karena kejamnya sebuah pernikahan. Jangankan mengharapkan indahnya ungkapan cinta, perhatian dan kasih sayang dari suaminya, mengharapkan untuk dapat dihargai sebagaimana layaknya seorang istripun sepertinya merupakan sesuatu yang sulit.


Tapi mengapa, tahun demi tahun berlalu tidak juga terucap kata cerai dari mulutnya, tidak juga dia menggugat sumainya agar dapat terlepas dari sebuah derita pernikahan. Tidak juga ada harap dari hatinya untuk mencari suami pengganti yang mungkin jauh lebh daik dari suaminya sekarang. Yah, semua memang tidak semudah itu, banyak sekali pertimbangan............

Jika saja seorang istri mau menuntut cerai dari suaminya, dari segi ekonomi tentu tidak ada masalah, karena Allah memberi rezekinya kepada siapapun. dan sudah jadi pengetahuan umum bila sekarang banyak istri yang bekerja di luar rumah mencari nafkah untuk keluarganya. Jika anak yang jadi masalah, boleh dihitung berapa persen suami yang bisa membantu mengurus anak-anak. Kebanyakan dari mereka memilih tidur siang dari pada bermain bersama anak-anak.

Lantas karena apa mereka masih memilih mempertahankan pernikahannya, karena mereka masih mempunyai harapan. Harapan bahwa suaminya akan menjadi suami yang baik. Istri yang sholehah akan selalu mendoakan kebaikan untuk suamikya. Dia tidak berputus asa untuk terus berdoa pada Allah untuk membuka pintu kebaikan untuk suaminya. Dengan ketaatan dan kesetiaannya pada suaminya, dia yakin pada suatu saat suaminya akan berubah menjadi suami yang sholeh dan mencontoh akhlaknya Rasulullah, dan dia akan menjadi istri sholehah penghuni surga..