Janji Kebahagiaan


Aku memang jauh dari sempurna. Bahkan aku penuh dengan kekurangan, Tapi jika karena itu lantas aku tak berhak atas kebahagiaan dengan orang yang sungguh aku sayangi, apakah aku salah jika aku tidak bisa terima. Apa kekuranganku menjadikan aku harus lemah dan menerima mentah-mentah takdir yang menimpaku, atau terus meratapi dengan kepiluan segala duka yang rasanya terus mendera. Salahkah jika kemudian aku lelah, aku ingin lepas dari semua. Aku ingin merasakan kebahagian seperti orang lain.
Dengan janji kebahagiaan yang kuniatkan, dengan tekad kuat untuk mendampingi dengan patuh, bahkan dengan kerelaan melakukan pengorbanan besar untuk memenuhi semua janji itu. Tapi, tanpa pertimbangan sedikitpun, engkau dengan tega menolakku. Mendorongku jatuh tanpa sempat aku berpikir kenapa. Tanpa sempat aku menolak dan bertanya, apa kekuranganku menyebabkanmu melakukan penghinaan ini terhadapku, tanpa basa basi!

Maka atas dasar apa aku harus memelihara rasa sayang itu. Salah mungkin, jika kemudian perlahan kelembutan itu, kebutuhan  itu menjadi benci yang membutakanku.

Jika kasih sayang dan perhatian darimu, jika hatimu bisa kubeli, maka aku akan menabung dan berusaha maksimal untuk membelinya. Aku akan berusaha dengan segala cara untuk bisa menebusnya. Ah...... tapi aku tahu engkau tidak sepicik itu.

Maafkan aku jika ternyata aku masih menyanyangimu hingga sekarang, entah sampai batas waktu yang aku pun tak tahu.............