T O R C H


Alhamdulillah, sampai detik ini aku masih diberi keimanan dan kesehatan. Masih merasakan nikmatnya makan, tidur, dan yang labih membuat bahagia merasakan nikmatnya mengandung seorang janin dalam tubuhku. Aku sudah membayangkan betapa indahnya ketika ia semakin besar, dia akan bergerak-gerak, akan menendang perutku, dan merasakan dia hidup dalam tubuhku. Ah, cintaku, rasa sayang itu telah tumbuh indah dalam hatiku.


Selain rasa bahagia itu, aku juga merasakan rasa ketakutan. Takut jika anakku nanti tidak normal, ada kelainan, dan lain sebagainya yang mambuat aku merasa was-was, dan merasa harus lebih berhati-hati, apalagi dalam keluargaku ada riwayat melahirkan bayi dengan bibir sumbing. Kekhawatiranku kusampaikan pada dokter yang menangani kehamilanku, dan dia menyarankan untuk melakukan test TORCH.

TORCH, apa itu? Kata yang belum familiar di telingaku, pernah mendengar tapi tidak terlalu memperhatikan. Karena saran dokter untuk melakukan test tersebut, akhirnya aku mencari tahu apa itu TORCH. Tapi pencarian hanya berdasarkan data di internet dan tidak mempunyai basic keilmuan sama sekali dengan kesehatan, maka mohon dimaafkan dan diluruskan jika terjadi kesalahan pemahaman dan kesalahan penulisan. :-)

TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes Simplex Virus II (HSV II). TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma gondii (toxo), Other  infections, Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), and Herpes Simplex Virus (HSV). Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata, kelainan pada otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi motorik, hidrosepalus, dan lain sebagainya.

Toxoplasma Gondii
Penyakit Toxoplasmosis disebabkan oleh bakteri Toxoplasma gondii. Parasit ini biasa hidup di dalam usus hewan peliharaan rumah seperti anjing dan kucing, sehingga penularan dari hewan ke manusia mudah terjadi. Hewan lain adalah tikus, burung merpati, ayam, kerbau, sapi atau kambing.

Daging hewan tersebut dikonsumsi manusia dan dapat berubah menjadi kista-kista yang masuk dalam peredaran darah dan jaringan otot/daging. Bila penyakit ini menjangkiti wanita hamil, maka janin juga akan terinfeksi sehingga janin dapat keguguran, atau lahir dengan cacat fisik maupun mental.

Bila indikasi infeksi sudah pasti, yaitu lgM dan lgA positif, harus segera dilakukan penanganan sedini mungkin. Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian sulfa dan pirimethamin atau spiramycin dan clindamycin. Sulfa dan pirimethamin dapat menembus plasenta dengan baik sehingga dianjurkan untuk pengobatan pertama. Terapi harus dilakukan terus sampai persalinan. Bahkan setelah persalinan akan dilakukan pemeriksaan pada bayi. Bila didapat lgM positif maka bisa dipakstikan bayi telah terinfeksi. Meski hasilnya negatif sekalipun, tetap harus dilakukan pemeriksaan berkala sesudahnya. Dengan pemeriksaan dan pengobatan secara dini penularan pada bayi akan bisa ditekan seminimal mungkin. Selain itu pengobatan dini yang tepat saat awal kehamilan akan menurunkan secara signifikan kemungkinan janin terinfeksi.


Rubella
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus. Infeksi virus Rubella pada ibu yang sedang hamil dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Gejala klinis setelah bayi lahir adalah mata katarak, kelainan jantung, atau tuli. Gejala lain adalah berat badan rendah, trombositopeni, kelainan tulang, kelainan kelenjar endrokin, kekurangan hormon pertumbuhan, diabetes atau radang paru-paru.

Pada kehamilan sebelum 20 minggu pada seorang ibu yang terinfeksi virus Rubella ada kemungkinan akan melahirkan bayi dengan Sindrom Rubella Bawaan (Sindroma Rubella Congenital- CRS). Jika ibu menderita infeksi ini setelah kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi.

Pencegahan atas virus ini pada sebelum kehamilan dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi MMR (gabungan dari tiga Janis virus yang telah dilemahkan, yaitu campak, gondok, dan Rubella). Dan kehamilan harus ditunda satu sampai tiga bulan sebelum merencanakan kehamilan. Pada ibu yang telah terkontaminasi virus ini tidak dapat diberikan vaksinasi. Untuk pengobatan lebih lanjut lebih baik berkonsultasi ke dokter yang lebih kompeten.


Cyto Megalo Virus (CMV)
Virus CMV termasuk keluarga virus Herpes. Penderita infeksi primer tidak memperlihatkan gejala yang khusus, tetapi virus tetap hidup dalam tubuh penderita selama bertahun-tahun. Virus CMV akan aktif apabila penderita mengalami penurunan kondisi fisik dan kadang-kadang memunculkan keluhan seperti vertigo, migren, radang sendi, radang tenggorokan, radang lambung, lemah lesu dan beberapa keluhan pada saraf mata dan saraf otak.

Sepertiga ibu hamil yang terinfeksi CMV sebelum dan selama kehamilan dapat menularkan CMV kepada bayi yang dikandungnya melalui plasenta. Kelainan yang dapat terjadi oleh karena infeksi CMV adalah cacat mental, tuli, buta, gangguan pertumbuhan, hepatomegali (hati membesar), splenomegali (limpa membesar), gangguan perdarahan.
 
Hanya sekitar 5 hingga 10 bayi yang terinfeksi CMV menunjukan kelainan sewaktu lahir. Gejala klinis yang umum dijumpai adalah berat badan rendah, hepatomegali, splenomegali, kulit kuning, radang paru-paru, dan kerusakan sel pada jaringan saraf pusat. Cacat pada jaringan saraf akan berlanjut menjadi kemunduran mental, tuli, rabun dan mikrosefali.
Pengobatan untuk CMV :
  • Untuk Ibu hamil yang janinnya terinfeksi dengan CMV tidak ada pengobatan
  • Untuk bayi yang lahir dengan gejala infeksi CMV berat, pemberian gansiklovir merupakan pilihan. Tetapi perlu dikonsultasikan lebih dulu pada dokter anak Anda tentang pengobatan ini.
  • Sampai saat ini vaksin untuk mencegah infeksi CMV masih dalam tahap penelitian dan pengembangan.
  • Menjaga kebersihan bagi ibu hamil masih merupakan cara terbaik untuk melindungi bayi dalam kandungan terhadap infeksi CMV.
Herpess Simplex Virus II (HSV II)
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Wanita hamil yang terinfeksi HSV II) harus ditangani secara serius karena dapat menembus plasenta dan menimbulkan kerusakan neonatel sampai kematian janin. Selama belum dilakukan pengobatan yang efektif, perkembangan penyakit herpes sulit diramalkan. Jika infeksi ini segera diobati maka kemungkinan resiko dapat dihindarkan.

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kulit, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal.

Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.



Diagnosa Penyakit TORCH

Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama untuk menangani suatu penyakit. Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukar dilaksanakan, maka dilakukan diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum darah, untuk mengukur titer-titer antibodi IgM atau IgG-nya.

Penderita TORCH kadang tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa jadi sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan adalah mudah pingsan, pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran terganggu, radang tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulit tidur, epilepsi, dan keluhan lainnya.

Untuk kasus kehamilan: sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, cacat fisik maupun mental, autis, keterlambatan tumbuh kembang anak, dan ketidak sempurnaan lainnya.

Namun begitu, gejala diatas tentu belum membuktikan adanya penyakit TORCH sebelum dibuktikan dengan uji laboratorik.

Data diambil dari berbagai sumber.