Masa Kuliah


Berbicara tentang kuliah, saya langsung teringat dengan masa-masa dulu ketika menjalani kehidupan kampus yang penuh cerita.. Dua tempat kuliah yang berbeda, teman-teman kuliah yang berbeda dan sudah pasti suasana yang sangat jauh berbeda. 


Berangkat dari kampung di pelosok pulau sumatera, Alhamdulillah saya bisa kuliah di salah satu perguruan tinggi ikatan dinas. Kampus yang teduh, dan terlihat islami. Kampus yang kemudian mengenalkan saya kepada islam jauh lebih baik, dengan program mentoring dan pembinaan agama yang baik dari kakak-kakak tingkat. Di sanalah saya mengenal orang-orang yang bukan cuma pintar ilmu duniawi, tapi juga cerdas dalam ilmu agama. Kampus yang akhirnya mengenalkan saya pada jilbab, dan alhamdulilah sampai sekarang dan insya Allah selama hidup saya akan selalu istiqomah dengan hijab yang menutup tubuh saya.
Kampus yang mengajarkan saya tentang artinya hidup mandiri, jauh dari keluarga, sendirian tinggal di kota tanpa saudara. Merasakan bingungnya ketika kiriman uang bulanan belum juga sampai sedang persediaan uang di tangan sudah menipis.  Pepatah ‘Hujan batu di negeri sendiri lebih baik dari pada hujan emas di negeri orang’ saat itu mungkin berlaku bagi saya. Sebagai anak bungsu dalam keluarga saya betul-betul dimanja oleh ibu dan saudara-saudara saya, dan ketika kuliah saya harus pandai-pandai mengatur jatah uang bulanan agar bisa cukup sampai akhir bulan. Belum lagi, masih harus ditakutkan dengan program DO jika IPK tidak mencukupi. Men’DO’kan diri, sempat jadi pilihan untuk bisa kembali ke kampung, tapi apa kata orang kampung jika saya pulang tanpa membawa hasil dan dikeluarkan dari kampus gara-gara nilainya kecil.  Dengan tekad menyenangkan orang tua, akhirnya selesai juga D3  di kampus tercinta dan bisa langsung bekerja di sebuah instansi pemerintah di Bandar Lampung.

Bukan karena gelar akademik jika kemudian saya ingin melanjutkan kuliah saya yang hanya sampai D3 dan mengambil S1, tapi lebih karena kerinduan kembali dengan suasana kampus, belajar, dan terus belajar hal-hal baru. Program ekstensi dengan kelas malam menjadi satu-satunya pilihan untuk bisa kuliah setelah jam kerja. Kehidupan di Bandar Lampung, tentu saja tidak bisa disamakan dengan kehidupan di Jakarta yang selalu ramai sampai malam. Ada ragu akankah saya berani pulang malam sepulang kuliah di daerah baru yang saya belum begitu kenal. Takut? Tentu saja. Tapi Bismillah, isya Allah, Allah akan selalu melindungi saya selama saya berniat untuk mencari ilmu.

Ternyata saya menemukan dunia kampus yang berbeda dengan tempat kuliah saya sebelumnya. Di kampus ke dua ini saya mendapati mahasiswa dan mahasiswi yang kuliah bukan karena niat kuliah, bahkan  ada yang hanya untuk mencari kekasih, mengisi waktu kosong dari pada tidak ada kegiatan, dan sebagainya. Sehingga saya akan menemukan mahasiswi yang berpakaian ketat, make up tebal, dan kuliah tapi tidak bawa buku. Dan lebih anehnya lagi, banyak mahasiswa yang tidak mengerti dengan pelajaran di kampus, pelajaran yang sangat mendasar bagi seorang mahasiswa dengan program studi yang mereka ambil. Jadi saya tidak mengerti bagaimana mereka bisa naik tingkat jika mereka sendiri tidak mengerti dengan perkuliah yang mereka jalani. Apakah hanya untuk sebuah ‘GELAR’.

Jika pertama kali saya datang ke kampus, saya mencari teman yang sama, dalam arti yang punya niat sama, yaitu belajar tentu karena saya punya alasan yang cukup kuat untuk itu. Saya tidak ingin kuliah cuma buang-buang waktu. Sayapun tak mau pulang malam saya hanya dibayarkan dengan senang-senang yang belum tentu benar. 

Alhamdulillah, masa kuliah telah berlalu dengan cerita indah untuk anak cucu saya. Bahwa di mana pun kita berada, dalam lingkungan yang bagaimana pun kita, kita selalu harus bisa menunjukkan bahwa kita adalah orang baik, orang yang selalu punya niat baik, sehingga kita bisa mengikuti apa-apa yang kita anggap baik, dan meninggalkan apa-apa yang menurut kita tidak baik, tidak ikut-ikutan, punya prinsip, dan selalu dalam niat awal dalam niat yang baik. Insya Allah, karena hidup selalu untuk menjadi lebih baik.