Menangis

Suatu siang yang cerah, 
kutahan rasa kantuk yang menderaku, 
kustarter motorku, 
dan ku melaju secepat yang kumampu. 
Aku meradang menahan rindu, 
dan dengan seluruh harapan yang ku punya aku berharap akan bisa menemuinya di sana, 
di tempat aku biasa melihatnya.

Akhirnya, kekecewaan yang kurasa ketika aku tak melihat dia di sana. 
Dia telah pergi meninggalkan aku 
dengan sekeping hati yang masih dibalut luka karena rindu.  

Tiba-tiba aku merasakan kesedihan yang dalam. 
Hatiku terhempas, menjerit, sakit, pilu, terasa pedih. 
Untuk kemudian mataku terasa basah, dan jatuhlah butiran-butiran bening di pipiku. Kupejamkan mataku, kutahan isakku, ku tak mau seorang pun tahu. 
Ku meneruskan tangisku dalam diam, membiarkan tetes demi tetes jatuh tanpa keinginan mengusapnya, biarkan air mata itu pergi, agar jadi saksi kerinduan ini.