Harapan

Alhamdulillah. Sampai detik ini aku masih dikaruniai nikmat iman dan nikmat islam. Yang kembali menyadarkanku bahwa Engkau masih menyayangiku, Ya Allah. Meskipun dalam tiap sujudku akhir-akhir ini semakin berat kurasakan menghadirkan hatiku. Aku tahu aku mencintai-Mu jauh dari dalam hatiku. Aku merindukan perjumpaan dengan-Mu dalam tiap desahan nafasku. Aku masih takut akan adzab-Mu yang akan menimpaku, Aku takut akan murka-Mu atas kelalaianku. Tapi sungguh, tak kuasa aku menolak kelemahan hati ini, kekotoran hati ini.

Ya Allah, Engkau Maha Kuasa untuk mengetahui setiap lintasan pikiran dari hamba-hamba-Mu.  Dan Engkau pasti tahu betapa aku selalu berusaha menghadirkan Engkau dalam setiap aktivitasku, selalu berusaha mengingat-Mu dalam setiap gerak hidupku. Tapi ampuni aku Ya Allah, aku begitu lemah.

Ya Allah, Engkaulah yang menciptakan rasa cinta, rasa rindu, rasa sayang, rasa benci pada diri hamba-hamba-Mu. Dan tidaklah Engkau ciptakan semua rasa itu kecuali untuk lebih mendekatkan diri pada-Mu. Cinta karena Engkau, rindu karena Engkau, sayang karena Engkau, dan bahkan benci juga karena Engkau. Tapi karena lemahnya iman ini sehingga rasa yang Engkau berikan padaku, aku jadikan sebagai pembela ketika aku akhirnya mencintai seorang hamba-Mu. Aku beralibi, bukan aku yang menginginkan rasa ini, bukan aku yang menumbuhkan rasa ini, padahal semua karena hinanya diri ini.

Ya Allah, maafkan aku ketika dia yang selalu dalam ingatanku akhirnya hadir diantara munajatku pada-Mu. Sehingga akhirnya dia yang kubicarakan pada-Mu. Dia, ya dia, salah seorang hamba-Mu yang akhirnya kutemukan, yang sejak dulu kucari, sosok seperti dia yang sejak dulu kuharapkan menjadi pendampingku untuk meniti jalan-Mu, mencari ridho-Mu. Sosok yang akan mengajariku untuk lebih mengenal-Mu, sosok yang akan saling menguatkan ketika lemah menyusuri jalan-Mu, sosok yang akan menghapus air mataku ketika aku kehilangan Engkau dalam serpihan hariku, sosok yang akan selalu mengingatkanku ketika aku lalai dan alpa. Sosok yang akan selalu memberikanku semangat, selalu mengingatkanku akan kekuasaan-Mu.
Maafkan aku, Ya Robb, jika aku terlalu banyak pinta pada-Mu tentang dia. Terlalu banyak harapku akan dia. Aku mohonkan pada-Mu untuk menyatukan hatiku dan dia dalam cinta, dan dalam taat pada-Mu. Sedang itu semakin memberi tanda akan ketidak percayaanku akan takdir-Mu.

Ya Allah, ampunkan aku jika akhir-akhir ini tangisku ketika bermunajat kepada-Mu bukan karena hatiku yang selalu terpaut pada-Mu, bukan karena rinduku yang tak tertahan pada-Mu, tapi justru karena ku semakin tak mampu untuk terus menghadirkan-Mu dalam setiap bacaan sholatku. Aku telah kehilangan ayat-ayat itu karena kotornya hati ini. Hati ini telah semakin hitam oleh debu kemaksiatan yang setiap detik, setiap jam, setiap hari terus kulakukan. Tak pantas Ya Allah, tak pantas hati ini selalu tertuju pada dia, dia yang hanya seorang hamba-Mu. Dia yang saat ini pun tak pernah memikirkanku, tak pernah mengingatku, tak pernah ingin meniti jalan-Mu bersamaku.

Biarkan aku tetap meniti jalan-Mu sendiri Ya Allah. Walau dengan langkah terseok, penuh kesulitan, ku terus meraba mencari jalan-Mu. Aku tak tahu harus meminta tolong pada siapa lagi untuk menuntunku. Walau jalan ku payah dan sering kehilangan arah, tapi Engkau akan terus kucari.