RASA ITU..........

Pertama kali bertemu, aku tak melihat sesuatu yang istimewa. Apalagi merasakan sesuatu yang beda. Aku melihamu hanyalah seorang anak kecil. Ya, anak kecil sama seperti teman-temannya yang lain. Tapi dari semua kalimat perkenalan dari anak-anak yang baru masuk ke kantor waktu itu, hanya kalimat-kalimat dari dirimulah yang aku ingat. Aku juga gak tahu mengapa, tapi dari kalimatnya itu aku tahu kamu suka sekali dengan sepeda.



Hari demi hari berlalu, aku tahu bacaan Al Quranmu bagus, merdu terdengar di telingaku, dan aku selalu ingin mendengarnya. Tapi itu hanyalah sebuah kekaguman, tak lebih. Kemudian aku tahu kamu pintar. Kamu selalu dimintai tolong kepala kantor, tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan komputer. Ah, aku pun tak tahu. Aku juga gak mau perduli. Suatu waktu,dalam perjalanan balik ke sini, tanpa kamu sadari laptopmu hilang ketika dia naik damri. Dan itu, menimbulkan rasa empati yang besar dalam hatiku.

Suatu hari tanpa sengaja, aku membicarakan tentang istrimu dengan salah seorang rekan kantor. Dia seseorang yang pernah bertemu dengan istrimu, tahu walaupun tidak banyak. Saat itu aku hanya ingin tahu, mungkin dia tahu alasan mengapa istrimu tidak mau ikut ke sini, berkumpul bersama kamu dan anakmu. Karena memang jujur, aku saat itu tidak menemukan alasan apapun tentang tidak ikutnya istrimu, karena istrimupun tidak mengasuh anakmu. Saat itu, bukan jawaban yang aku terima dari dia, tapi kata yang kurang enak didengar menurutku. 'Istrinya emang gitu. Agak gimana gitu'. Sejak itulah, rasa itu mulai tumbuh sedikit, sedikit sekali. Aku merasa seolah aku punya seseorang yang senasib denganku. Kurang mendapat perhatian dari pasangan, kurang mendapat penghormatan, dan kurang dihargai. Maaf, kalau prasangkaku salah, tapi itulah yang kurasakan saat itu. Dan itulah sesungguhnya kesalahan terbesarku, aku tidak cepat-cepat mengusir rasa itu.

Semakin hari, setiap hari bertemu. Kekaguman itu tumbuh subur dalam hatiku. Aku melihat kesabaranmu, aku melihat kebaikanmu, aku melihat kecerdasanmu, aku melihat kesholehanmu, semuanya ku lihat setiap hari. Bukan hanya mendengar, tapi aku juga mendengar dari rekan kantor yang lain tentang dirimu. Dan bagaimana rasa itu tidak semakin besar tumbuh berkembang di hatiku.

Ya Allah, Engkau yang paling tahu tentang perasaanku, tentang apa yang terbersit dalam hatiku.Kupasrahkan semua pada-Mu, apa yang terbaik buatku dan buatnya. Aku menyayanginya dari lubuk hatiku. hanya aku tak mengerti rasa apa sesungguhnya, apakah rasa kasih seorang wanita pada laki-laki, ataukah hanya rasa sayang kepada seorang adik. Tapi tak perduli dengan semua rasa itu, aku hanya mneginginkan yang terbaiklah yang akan Enagkau beri buat dia.

11 November 2010