SABAR ATAS TAKDIR ALLAH

Telah banyak kubaca artikel dan cerita tentang kesabaran, telah banyak juga kudengar cerita orang-orang yang berhasil melewati ujian dengan kesabaran. Dan aku jadi tahu, sungguh kesabaran itu tiada batas dan begitu berat sehingga Allah memberikan balasan yang besar atas kesabaran yang dilakukan hamba-Nya.


Ketika aku sadar betapa sesungguhnya ujian ini begitu kecil, aku malu, mengapa aku tidak bisa bersabar. ujian ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ujian yang diberikan Allah kepada Rasul dan para sahabat.
Aku pun ingin merefleksikan dalam kehidupanku sehari-hari firman Allah Q.S. Al. Baqoroh ayat 45 Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” 

Mungkin memang aku yang tak pernah mampu khusuk dalam ibadahku, tak mampu khusuk dalam doaku. Aku merasa putus asa, aku tak mampu lagi menghadapi semuanya. Pengaduan demi pengaduanku dalam sholatku pada Robb hanyalah keluh kesah atas ketidakmampuanku. 
Aku sejak dulu selalu berkeyakinan bahwa setiap manusia diciptakan dengan sisi baik, karena fitrahnya manusia itu memang baik. Aku tidak pernah menampik bahwa Allah menciptakan kebaikan dan keburukan selalu beriringan. Manusia ada yang buruk tapi pasti ada sisi baiknya. Dan ketika kupilih jalan ini dulu, aku yakin aku bisa menerima semua sisi buruk seorang anak manusia  dan mampu merubahnya sedikit demi sedikit menjadi lebih baik.

Lama rasanya telah kucoba untuk bersabar, mencoba terus bersabar atas kekikirannya, atas kekasarannya, atas kekerasanhatinya. Tapi aku cuma manusia biasa. Aku bukanlah wanita berhati emas yang selalu mampu untuk selalu berbaik sangka, untuk selalu memaafkan, untuk selalu menahan diri dan bersabar. Aku hanyalah manusia biasa yang terkadang merasa sangat jenuh. Jika ditanya, apakah aku masih bisa bersabar tinggal bersama seseorang yang kurasa tak juga punya keingin bersikap baik terhadapku, masihkah akan kujawab 'Iya'. Tidak, aku tak lagi berani mengatakan itu. Aku ingin pergi, aku ingin meninggalkan semua ini. Pergi ke suatu tempat dimana aku bisa melakukan hal-hal yang lebih baik daripada sekedar keluh kesah yang tiada habis. Aku ingin bisa melakukan kewajibanku dengan segala keikhlasan, dengan segala kepatuhan. Aku ingin meraih pahala demi pahala itu tapi dengan kebahagiaan untukku sendiri, bukan keterpaksaan. Aku sungguh merasa letih Ya Allah. Haruskah kukatakan semua ini dihadapannya hanya agar ia marah padaku, agar ia murka dan mengusirku. Tapi aku takut. Aku takut Engkau lebih murka padaku Ya Allah.