Mengapa?

Hatiku terasa hampa sekali. Pekerjaan menumpuk, tapi ku sungguh tak mampu menghilangkan ingatanku tentang dia. Mengapa perjuanganku melupakannya begitu susah. Mengapa aku selalu ingin menghubunginya, ingin tahu tentang dia.Mengapa sebagian hatiku rasanya pergi bersamanya. Mengapa air mataku pun rela mengalirkan isinya dan menetes di ujung mataku. Mengapa seluruh tubuhku ikut-ikutan mengiyakan pernyataan hatiku bahwa aku merindukannya tanpa memperdulikan rasa maluku.


Aku sudah malu sekali. Aku merasa sudah tak punya harga diri lagi. Kehormatanku sudah tergadai, tak ada sisa lagi yang bisa kubanggakan. Aku sudah merasa sangat terhina. Mengapa masih ingin kupertahankan rasa ini. Sudah cukup semua pernyataannya bahwa aku tak pernah boleh menyimpan semua rasa ini.

Aku tidak pernah menginginkan semua ini. Tidakkah ada yang bisa mengerti. Hidup tanpa cinta, walaupun gelap, tak ada irama, itu jauh lebih indah daripada aku harus merasakan sakitnya menahan perasaan ini. Aku tahu, aku tak boleh, aku tak pantas, aku berbeda. Tapi apakah tak boleh jika aku tetap ingin mencintai. Apa aku menuntut. Tidak!. Aku tidak mengharap apa-apa. Biarkan aku tetap dengan perasaan ini, agar aku tetap memiliki harapan tentang bahagia yang selalu ingin kuraih. Tak bolehkan aku memimpikan suatu kebahagiaan. Bukankah cinta itu milik semua orang. Bukankah Allah yang menciptakan rasa ini. Hinakah seorang manusia ketika di dalam hatinya menyimpan rasa cinta. Apakah cinta bisa dibuat lurus saja mengikuti kehendak si empunya hati, menurut, mengikut, tanpa protes ketika dia tak bisa menjatuhkan cintanya pada yang seharusnya. Apa cinta peduli mengenai pantas atau tidak, boleh atau tidak. Cinta hanya ingin mencintai. Dan cinta tidak pernah memaksa. Cukup sudah rasa sakit ini.

Apakah Kau tahu, aku menunggu kedatanganmu sampai sekarang. Aku rindu sekali.