Harapku

Ada rasa lelah ketika kucoba kembali untuk kesekian kalinya menghilangkan bayangnya dalam setiap langkahku. Aku hanya berani mohon ampun pada Robbku karena untuk kesekian kalinya pula aku tak mampu menahan semua rasa ini. Rasa rindu, harap, dan keinginan untuk selalu bersamanya.


Terus terang aku sangat sulit membedakan apakah ini cinta, rasa sayang yang biasa, ataukah justru ini nafsu. Ketika diri berada dalam keadaan yang sangat tidak pantas jika merasakan cinta pada seseorang yang tidak boleh dicintai, tidak boleh diingini. Aku tahu rasa cinta ini tidaklah boleh melebihi perasaan cintaku pada pemilik cinta ini yaitu Allah. Dan jika ini adalah nafsu belaka, sungguh aku ingin keluar dari dalamnya karena aku tak pernah ingin terlibat dalam suatu perasaan cinta karena nafsu. Yang aku rasakan, cinta ini begitu suci, terasa begitu indah jika bisa meraih ridho-Nya bersama dengan seseorang yang bisa diajak bersama mencari cinta-Nya.

Beberapa kali telah kucoba untuk menghindar, untuk pergi menjauh, tapi akhirnya aku kembali kalah, ketika hasratku untuk bersamanya selalu membelengguku. Ketika dalam kesadaran penuh, kesadaran akan takut atas adzab-Nya, takut akan murka-Nya, aku tunduk dalam sujud panjang dan tangis yang membasahi mukenaku. Tapi selepas mukenaku, kembali kurasakan kerinduan yang tak bisa kusembunyikan.Aku sangat merindukanmu, duhai pujaan hatiku.

Aku sempat berharap, begitu aku tahu perasaan hatinya. Aku akhiri ini semua. Aku cukup tahu itu, untuk membuktikan bahwa aku masih punya harga, sehingga tak selalu dianggap rendah oleh seseorang yang harusnya meninggikan derajatku. Tak selalu dianggap tak bisa apa-apa, tak punya kecerdasan apa-apa. Aku hanya butuh pengakuan, bahwa aku masih punya nilai untuk dianggap sebagai seorang wanita yang punya perasaan. Masih punya kekuatan untuk mengatakan tidak atas apa yang aku tidak ingin, masih punya keberanian untuk mengatakan aku ingin ketika aku menginginkan sesuatu. 

Tapi maaf, aku salah dengan harapan awalku. Pernyataan pada sms kemarin, bahwa awalnya memang tak ada rasa. Berarti sekarang ada rasa. Aku berharap ini benar, dan aku punya harapan untuk merajut hari-hari indah bersama seseorang yang bisa menerima, mencintai dan menghargaiku seperti apa adanya aku. Apakah salah dengan harapanku? Aku tak mengerti jika ditanya tentang tresno. Apa itu tresno? Cinta? Ah, Aku gak tahu. Aku juga tak pernah berfikir akan ada seorang yang bisa mencintai dan menghargaiku dengan tulus. Aku tak mau bermimpi lagi.