LARA


Duhai blogku, sahabatku,
Terima kasih, kau selalu bersedia menampung semua perasaanku, menampung semua cerita dan keluh kesahku. Aku pun tak perlu merasa bersalah padamu karena kau tak perlu ikut terlibat dalam perasaan hatiku. Tak perlu merasa bersalah atas kepedihan hatiku. Tak perlu pergi meninggalkanku agar sembuh luka hatiku. Aku sedang sedih. Kesedihan yang sebenarnya tak perlu ada dan tak perlu aku rasakan.

Duhai blog,
Apakah kau mengerti tentang hubungan antar manusia. Hubungan yang disuruh Allah untuk menebar kebaikan kepada manusia yang lain. Tapi duhai blog, di dalam hubungan itu akan banyak sekali timbul berbagai perasaan. Segala rasa sayang, cinta, rindu, benci, marah, kesal, cemburu, semua berkumpul jadi satu dalam satu hati. Rasa cinta dan sayang itu memang perlu agar terjalin ukhuwah dan persaudaraan yang kuat, tapi hanya yang didasarkan atas kecintaan pada satu pencipta, yaitu Allah. Tapi bagaimana ketika rasa sayang itu memunculkan pengharapan yang berlebih, ketika rasa cinta yang kemudian tumbuh dari hubungan itu memunculkan keinginan yang kuat, yang tak lagi bisa ditoleransi oleh akal, tak lagi bisa diterima oleh alam sadar. Ketika aku tersadar, aku sakit dalam satu kenyataan bahwa semua rasa ini harus pergi. Aku tak boleh lagi menuruti kehendak hati.

Duhai blogku,
Baikkah jika kubuang saja semua rasa ini. Aku tak perlu menangis ketika aku sedih, tak perlu tertawa ketika aku bahagia. Atau aku berdiam diri saja dalam gunung es yang akan kubangun. Sehingga aku tak perlu mengenal orang, tak perlu mengenal hubungan erat, cukup tahu agar aku bisa tetap menjalankan aktivitasku. Menjalankan aktivitas untuk orang-orang yang masih membutuhkanku, tapi bukan untuk orang yang kubutuhkan. Pengharapanku telah habis, aku tak butuh lagi dengan cita-cita. Aku tak ingin lagi ada keinginan. Untuk apa memiliki semua harapan itu jika aku tak kan pernah bisa meraihnya.

Maafkan aku, duhai blogku,
Aku memang sedang sakit ketika hatiku terus memaksaku untuk mewujudkan keinginanku. Tubuhku sudah tak mampu lagi bertahan dalam rasa derita ini, air mataku pun telah terlalu sering dipaksa oleh hatiku untuk jatuh dipipi, tidurkupun jadi sering terganggu karena mimpi.Aku ingin pergi saja, jauuuuuuuuuuh, agar aku tak lagi mengenal semua rasa yang akan membuat aku sakit dalam pengharapan yang tak kan menjadi nyata.

Blog, tapi aku merindukannya, merindukan hari-hari bersamanya, berangan selalu akan bisa dekat dengannya, menghabiskan malam dan hari-hariku bersamanya, melakukan semua kegiatan bersama dalam satu rasa yang sama. Tidak akan ada yang bisa mengerti tentang semua rasa ini. Hatiku sakit dalam derita yang dibuatnya sendiri. Percuma semua usahaku membuang rasa ini jika aku tetap ada di sini. Kuputus saja semua hubugan yang ada agar aku tak bertemu lagi, tak melihatnya lagi.

Aku ingin mengembalikan semua rasa ini pada Allah. Tapi kehendak hati tak mampu kucegah. Bagaimana akan kujalani hari-hariku esok, bagaimana akan kubuang dan kusembunyikan harapan ini di depannya, bagaimana mampu kusimpan rindu ini jika menatap wajahnya. Cukup satu kalimat yang akan mewakili perasaanku, aku sakit, hatiku lara, karena merindukannya.

cayanxku, I m U.